Kartini School, persembahan dari pengagum Kartini - Sejarah BOGOR

Post Top Ad

Kartini School, persembahan dari pengagum Kartini

Share This
Kartini School atau Sekolah Kartini adalah sekolah yang didirikan khusus untuk pendidikan anak-anak perempuan dari kalangan pribumi. Sekolah ini dibangun oleh para pengagum R.A Kartini yang tergabung dalam Yayasan Kartini (Kartini Vereeniging).


Selama hidupnya, Raden Adjeng Kartini (1879-1904) bersahabat dengan pasangan suami istri J.H. Abendanon yang menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda dari tahun 1900-1905. Abendanon sangat menaruh perhatian pada Kartini karena memiliki pemikiran yang jauh ke depan, terutama yang menyangkut hak-hak kaum perempuan Hindia-Belanda.

Sekolah Kartini di Bogor tahun 1920


Antara Kartini dan Abendanon sering berkirim surat yang isinya mengungkapkan pemikiran masing-masing mengenai permasalahan yang dihadapi penduduk pribumi. Dalam beberapa suratnya, Kartini kerap menganggap bahwa kesenjangan kedudukan yang dialami perempuan pribumi adalah karena kurangnya pendidikan. Para orang-orang tua pada saat itu tidak memberi izin anak perempuannya untuk bersekolah.

Setelah R.A Kartini wafat pada 1904, Abendanon yang merasa berduka mengumpulkan surat-surat Kartini dalam bentuk buku yang berjudul "Door Duisternist Tot Licht" yang artinya "Melalui Gelap Menuju Terang". Tanpa disangka-sangka, buku tersebut kemudian sangat disukai oleh masyarakat Belanda di Hindia-Belanda.

Mereka yang bersimpati kemudian mendirikan sebuah komite yang menjamin hak-hak pendidikan kaum perempuan pribumi. Adapun anggota dari komite tersebut adalah A.Baronesse van Hoendrop, Jacob. H Abendanon dan istri, C.Th. Van Deventer dan istri, Kessler de Lange, D.von Schmidt auf Altenstadt, J.C.Fde Graeff, E.van Loon, H.V Baron Bentinck, dan D. Hannema.

Dukungan atas pendidikan kaum perempuan itu juga ditanggapi oleh Ratu Belanda yang segera menunjuk Abendanon untuk mengatur pendirian yayasan yang mengurusi pendidikan perempuan pribumi di Hindia-belanda

Pembukaan Sekolah Kartini di Panaragan, Bogor tahun 1912


Pada 1 Februari 1912, dilakukan pertemuan di Den Haag yang secara resmi membentuk Kartini Vereeniging / Yayasan Kartini. Peresmian Yayasan dilakukan pada 22 Agustus 1912 di Belanda, dengan van Daventer menjadi pemimpin yayasan.

Sekolahan khusus anak perempuan didirikan pertama kali di Semarang pada tahun 1912 dengan nama Kartini School. Setelah itu, sekolah-sekolah khusus ini pun mulai didirikan di beberapa kota lain di Jawa seperti di Batavia / Jakarta (1914), Buitenzorg / Bogor (1914), Madiun (1914), Malang (1915), Pekalongan (1916) ,dan Cirebon (1914).

Jenjang pendidikan di Sekolah Kartini pada awalnya berlangsung selama 2 (dua) tahun atau sampai kelas dua. Baru pada tahun 1914, jenjang pendidikan ditambah menjadi tiga tahun. Selanjutnya, jenjang pendidikan ini bertambah setiap tahunnya, sehingga pada 1919 menjadi genap 7 (tujuh) tahun.

Dengan jenjang pendidikan yang mencapai 7 tahun tersebut, maka Sekolah Kartini bisa disejajarkan dengan Europeesche Lagere Scholen (ELS), Hollandsche Inlandsche School (HIS), dan Hollandsche Chinesch School (HCS).

Murid kelas 2 (dua) di Sekolah Kartini Bogor 1920


Perbedaan Sekolah Kartini dengan sekolah-sekolah dasar lainnya adalah adanya pelajaran khusus kewanitaan, mulai dari menjahit hingga memasak. Bahkan para pelajar juga akan diajari cara bersikap, berbicara, serta pendidikan formal lainnya seperti membaca dan berhitung.

Dalam perkembangannya, Sekolah kartini pernah mendapat kritikan yang menganggap bahwa sekolah ini hanya memberikan pengajaran membaca dan menulis saja. Selain itu, tak jarang sekolah kartini dipandang sebagai tempat para siswi untuk pamer dan bersolek.

Bahkan tak sedikit yang menganggap tujuan pendirian sekolah Kartini adalah untuk mendidik perempuan supaya menjadi istri dan ibu yang baik, bukan untuk menciptakan perempuan yang mandiri dan kritis terhadap lingkungannya. Meskipun begitu, hal tersebut tidak menyurutkan perkembangan sekolah Kartini di berbagai daerah.

Setelah van Deventer meninggal dunia pada 1915, sekolah Kartini dilanjutkan oleh istrinya. Sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya dalam memajukan pendidikan perempuan pribumi, maka didirikan Sekolah Van Deventer. Sekolah ini menjadi bagian dari Yayasan Kartini dan merupakan Sekolah Guru (Kweekschool) yang diprioritaskan untuk lulusan Sekolah Kartini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad