Sejarah Istana Bogor - Sejarah BOGOR

Post Top Ad

Setelah Belanda kalah oleh Jepang dalam satu hari pertempuran saja, para pejabat pemerintahan Hindia-Belanda pun kocar kacir melarikan diri. Sebagian kabur ke Australia untuk mencari perlindungan, sementara sang Gubernur-Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh-Stchower ditawan oleh Jepang meninggalkan Istana Bogor yang saat itu langsung dikuasai pihak militer Dai Nippon.




Oleh Jepang, Istana Bogor kemudian dijadikan sebagai markas mereka. Ruang bawah tanah Istana dijadikan sel-sel tahanan, selain itu seluruh dinding luar istana dicat dengan warna gelap agar tersamar dari serangan udara musuh.

Kolam-kolam indh yang dahulu dibangun Raffles untuk menghias halaman istana dikeringkan airnya agar tidak memantulkan cahaya yang bisa terlihat dari udara. Di kolam yang sudah kering itu, kemudian ditanamani semak belukar. Jepang memang sengaja menjadikan komplek Istana Bogor yang megah itu menjadi sebuah rumah tua yang kumuh, agar lokasinya tidak terdeteksi oleh pihak musuh.

Rerumputan yang ada di halaman Istana pun dibiarkan tumbuh liar dan meninggi. Rusa-rusa piaraan yang dahulu berjumlah ratusan hampir habis lantaran dijadikan sebagai makanan bagi para serdadu Jepang yang menghuni seluruh komplek Istana.

Halaman Istana yang tidak terawat dan dipenuhi semak belukar


Jepang juga menjarah benda-benda senir yang bernilai tinggi yang dahulu terdapat dalam Istana Bogor. Benda-benda itu mereka angkut ke negeri mereka. Beberapa keris, tombak-tombak pusaka yang penuh sejarah yang berasal dari masa kerajaan Sunda dan hasil upeti dari para raja dan sultan yang diberikan pada Gubernur Jenderal Hindia Belanda pun lenyap.

Tak cuma itu saja, Jepang juga mengumpulan semua barang-barang yang terbuat dari logam seperti pagar besi, tiang-tiang lampu dari Eropa, dan ornamen artistik yang berada di sekitar Istana semua dicabuti untuk dilebur menjadi alat-alat persenjataan.

Setelah Jepang dikalahkan oleh Sekutu, kondisi Istana Bogor semakin compang-camping. Dalam kondisi seperti itu, sekitar 200 pemuda dari Badan Keamanan Rakyat (BKR) kemudian mengambil alih dan menduduki Istana Bogor setelah berabad-abad lamanya dikuasai oleh para penjajah.

Namun upaya mereka tidak bertahan lama, karena harus tersingkir setelah kedatangan tentara Sekutu ke Bogor. Komplek Istana kembali dikuasai oleh asing, yang disertai dengan misi menempatkan Belanda kembali sebagia penguasa Republik Indonesia dengan pemerintahannya yang baru yaitu NICA.

Penyerahan secara resmi Istana Bogor pada pemerintah Indonesia baru dilaksanakan pada akhir tahun 1949.  Kenapa harus 1949? bukankah Indonesia telah merdeka pada 1945? Itu karena Belanda bersikukuh bahwa Indonesia telah melanggar kesepakatan KMB dan mau mengakui kedaulatan Indonesia setelah 1949. Itu sebabnya pula peperangan melawan Belanda lebih banyak terjadi setelah Indonesia merdeka atau setelah kedatangan Belanda bersama pasukan Sekutu dalam agresi militernya.

Serah Terima Istana Bogor kepada Barisan Keamanan Rakyat (BKR)


Pada waktu Istana Bogor resmi diserahkan pada para pemuda BKR, keadaan istana waktu itu sudah kosong melompong, karena semua benda-benda seni sudah diangkut oleh pihak Belanda ke negaranya. Yang tersisa hanyalah lima buah cermin berukuran besar yang hingga kini masih tergantung di dalam ruangan Istana.

Walaupun Istana Bogor telah resmi menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, namun bangunan ini tidak langsung mendapat perhatian dari pemerintah, karena para pemimpin negara masih fokus ada urusan penyelanggaraan negara apalagi umur Indonesia saat itu masih seumuran jagung.

Setelah tahun 1952, barulah Istana Bogor mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Bpk Ir Sukarno, Presiden Pertama RI memerintahkan untuk dimulainya pemugaragan bangunan Istana. Bagian pertama yang direnovasi adalah bagian depan bangunan induk dengan menambahkan sebuah beranda / portico yang ditopang oleh enam tiang besi berlaras lonia.

Beranda ini menyambung hingga bagian serambi depan dengan sepuluh saka bergaya sama. Beranda tersebut berfungsi selain menambah kenggunan istana juga bisa melindungi para tamu negara dari hujan yang sering turun di Bogor. Bahkan mobil-mobil tamu pun bisa masuk dan menurunkan penumpangnya di area beranda ini.

Dalam pemugaran Istana Bogor, Bung Karno tetap mempertahankan gaya arsitektur Palladio. Sebuah jembatan kayu yang tadinya menghubungkan bangunan induk dengan kedua sayapnya diganti oleh Bung Karno menjadi koridor.

Istana Bogor tahun 1998


Menjelang pertemuan politik pemimpin lima negara yang merupakan lanjutan dari pertemuan di Colombo tahun 1954, pemugaran Istana Bogor dipercepat waktunya. Saat itu, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo mengundang perdana menteri empat negara yaitu India, Burma, Sri Lanka dan Pakistan untuk melanjutkan pembicaraan yang belum mencapai kata sepakat di Colombo.

Pada tahun yang sama (1954) dibangun lima buah pavilion di halaman Istana yang luas, lima pavilion tersebut adalah Amarta, Madukara, Pringgodani, Dwarawatim dan Jodipoti yang kemudian dikenal dengan Paviliun 1,2,3,4 dan 5. Lokasi paviliun tersebut terletak agak berjauhan dari bangunan utama Istana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad