Sejarah Kantor Pos
- Pada tahun 1800-an, Bogor hanyalah sebuah kota kecil yang sudah dihuni oleh banyak penduduk dari beragam bangsa mulai dari Eropa, Asia, dan Bumiputera. Kebanyakan orang-orang Eropa yang tinggal di Bogor saat itu memeluk agama Kristen sehingga mereka menuntut dibangunkannya rumah untuk beribadat.
Gereja baru itu dibangun dipinggir Djalan Raja atau Groote weg ( kini Jalan Ir. H. Djuanda), berdampingan dengan area Plantentuin te Buitenzorg atau Kebun Raya Bogor. Selama beberapa waktu, gereja ini digunakan secara bergantian oleh penganut Katolik dan Protestan.
Pada tahun 1896, umat Katolik kemudian memisahkan diri dan membangun Gereja Katedral. Gereja baru umat katolik ini berada tidak jauh dari bangunan gereja lama, dan lokasinya di pinggiran Jalan Banten / Bantammer weg (kini Jln Kapten Muslihat).
Dengan dibangunnya gereja baru tersebut, umat katolik mulai meninggalkan gereja lama untuk kemudian beribadah di gereja yang baru milik mereka.
Pemanfaatan bangunan bekas gereja ini menjadi kantor pos dianggap cukup tepat karena berdiri di pinggiran jalan raya yang dikenal sebagai Jalan Raya Pos. Untuk mendukung aktivitas para pegawainya, bangunan gereja lama kemudian mengalami banyak perombakan sebelum akhirnya mulai dioperasikan pada pertengahan tahun 1920an.
Setelah kedaulatan RI, Kantor Pos, Telegraaf, dan Telefoon ini kemudian difungsikan menjadi Kantor Pos Besar Bogor.
Gayung bersambut, pemerintah Hindia-Belanda memenuhi permintaan mendesak akan kebutuhan rumah ibadat bagi orang-orang Eropa itu dengan mendirikan sebuah gereja pertama yang pemberkatannya dilakukan pada 13 April 1845.
Gereja baru itu dibangun dipinggir Djalan Raja atau Groote weg ( kini Jalan Ir. H. Djuanda), berdampingan dengan area Plantentuin te Buitenzorg atau Kebun Raya Bogor. Selama beberapa waktu, gereja ini digunakan secara bergantian oleh penganut Katolik dan Protestan.
Pada tahun 1896, umat Katolik kemudian memisahkan diri dan membangun Gereja Katedral. Gereja baru umat katolik ini berada tidak jauh dari bangunan gereja lama, dan lokasinya di pinggiran Jalan Banten / Bantammer weg (kini Jln Kapten Muslihat).
Dengan dibangunnya gereja baru tersebut, umat katolik mulai meninggalkan gereja lama untuk kemudian beribadah di gereja yang baru milik mereka.
Enam puluh tiga tahun kemudian, yaitu pada 1920, umat Protestan mendirikan gereja untuk mereka gunakan beribadat yang lokasinya tidak jauh dari bangunan gereja lama dan juga gereja katedral. Gereja yang baru dibangun ini dapat menampung lebih banyak jemaat yang berada di lingkungan istana. Gereja itu kemudian dikenal dengan nama Gereja Zebaoth.
Lalu bagaimana kondisi bangunan gereja lama setelah ditinggalkan oleh umatnya? Bangunan itu pun menjadi tidak terurus, sehingga pemerintah Hindia Belanda kemudian menghibahkannya kepada
Jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT)
atau Perusahaan Pos dan Telegraf miliki Hindia-Belanda yang sebelumnya berkantor di
Stasiun Bogor
.
Pemanfaatan bangunan bekas gereja ini menjadi kantor pos dianggap cukup tepat karena berdiri di pinggiran jalan raya yang dikenal sebagai Jalan Raya Pos. Untuk mendukung aktivitas para pegawainya, bangunan gereja lama kemudian mengalami banyak perombakan sebelum akhirnya mulai dioperasikan pada pertengahan tahun 1920an.
Kantor Pos dan Telegraaf sekitar tahnn 1920-1930 |
Setelah kedaulatan RI, Kantor Pos, Telegraaf, dan Telefoon ini kemudian difungsikan menjadi Kantor Pos Besar Bogor.
Foto-foto Kantor Pos Bogor dari masa ke masa
Bangunan kantor pos kini - Foto: Rudy Sempur |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar