Gedong Dalam yang tak bersisa - Sejarah BOGOR

Post Top Ad

Sejarah Bogor - Gedong Dalam adalah nama nama sebutan untuk sebuah bangunan besar di pinggir jalan Suryakancana yang didirikan oleh Tan Goan Piauw (1825-1889). Sayang, bangunan peninggalan sang kapitan Cina yang didirikan sekitar 1878-1883 ini kini nyaris tidak berbekas.
Didirikannya bangunan gedong dalam tersebut ditujukan sebagai tempat penampungan bagi warga Cina bermarga Tan dan yang tidak memiliki tempat tinggal. Lokasi bangunannya sendiri terletak di kawasan pecinan / chinese camp buitenzorg, mengikuti aturan pemerintah Hindia-Belanda saat itu. Disebut Gedong Dalam karena akses menuju bangunannya yang berada jauh dari jalan utama, Handelsstraat.

Bangunan Gedong Dalam tempo dulu - Kan Han Tan Collections


Bagian depan Gedong Dalam memiliki arsitektur khas Cina dengan pintu masuk di bagian tengahnya. Atap sejajar dengan bagian depan dengan sisa sedikit ke atas. Bagian lantainya dihiasi dengan ubin dan tiang-tiang marmer. Taman belakang memiliki permukaan yang menurun karena berdekatan dengan aliran sungai.

Lantai dasar di sisi depan menjadi semacam lantai kedua di bagian belakang dan dihubungkan oleh dua tangga melengkung besar di kedua sisi dengan gaya Palladio.

Untuk mendapatkan kesan tentang skala tangga-tangga ini di sini, sebuah foto diambil selama kunjungan Bataviasche Vrouwelijke Studenten Vereeniging (BVSV) di Gedong Dalam pada Juli 1931.

Gedong Dalam


Konon pada zaman dulu, sering dijumpai buaya yang sedang merangkak naik ke tangga bangunan. Hingga awal abad 20, memang masih banyak binatang-binatang liar yang berhabitat di sekitar Sungai terdekat yang berkeliaran di kawasan pemukiman.

Arsitektur bergaya Paladioa pada saat itu hanya dikhususkan bagi orang-orang kulit putih Eropa saja, dan dilarang digunakan untuk rumah orang-orang Cina. Namun karena bangunannya yang terletak jauh dari jalan utama, maka detail ini tidak terlihat oleh pengawas.

Seiring perjalanan waktu, bangunan ini kemudian diperluas baik di sisi kiri dan kanannya dengan memanjangkan atap serta menambah jendela tambahan dan teras atas di bagian depan.

Tan Goan Piauw bersama istrinya, Thung Leng Nio tinggal di Gedong Dalam sampai akhir hayatnya (1835-1889). Setelah Indonesia Merdeka, menurut Hardi Sumawinata, seorang keturunan Tan Goan Hoat, Gedong Dalam kemudian digunakan oleh Chung Hua Chung Hui.

Gedong Dalam disita oleh pemerintah Indonesia setelah terjadinya kudeta 1965. Bangunan ini sempat digunakan sebagai kantor pajak. Di era Orde baru (ORBA) Gedong Dalam rata dengan tanah, dan sempat beredar kabar bahwa dilokasi ini akan dibangun sebuah pusat perbelanjaan.


Hingga kini, Gedong Dalam seolah tidak berbekas. Beberapa tahun lalu, masih bisa kita lihat peninggalan yang tersisa yang berupa tangga-tangganya. Sekarang, siapa tahu?

Sumber: Kan Han Tan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad