Kisah heroik di Bojongkokosan - Sejarah BOGOR

Post Top Ad

Kisah heroik di Bojongkokosan

Share This
Panser jenis Daimer Dingo tua yang kini masih teronggok di punggung bukit Cicurug-Sukabumi menjadi saksi bisu akan sebuah pertempuran hebat yang pernah terjadi di masa perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan. Di lokasi ini, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan dibantu laskar dan rakyat Sukabumi berhasil menyergap konvoi pasukan Sekutu yang hendak menuju Bandung via jalur Sukabumi. Peristiwa yang berhasil mempermalukan Inggris di mata dunia ini berlokasi di Bojongkokosan, berikut adalah kisahnya ...


Misi Inggris dan Sekutu setelah kalahnya Jepang di kancah peperangan dunia adalah untuk melucuti dan merepratiasi tentara Jepang dan membebaskan dan melindungi tawanan, selain itu untuk memelihara hukum dan ketertiban.



Namun dalam kenyataannya, Inggris justru datang bersama pasukan Belanda dan NICA (Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) yang sangat berambisi untuk bisa kembali menguasai Indonesia setelah pernah lepas ke tangan Jepang. Untuk memuluskan agresi militernya, Belanda memprovokasi Inggris dan Sekutu dengan menyebutkan bahwa TKR adalah gerombolan liar yang diisi oleh para ekstrimis, alhasil konflik dengan TKR pun tak terelakkan.


Beberapa minggu sebelum pecah pertempuran Bojongkokosan yaitu pada 21 November 1945, Resimen 5 di bawah Moeffreni Moe'min membajak kereta api logistik Inggris di daerah Cikampek. Untuk mencegah kejadian yang sama berulang, Inggris kemudian mengalihkan suplai logistiknya ke Bandung melalui jalur darat yaitu jalur Bogor - Sukabumi.  Untuk menjaga keamanan, Panglima Komandemen I Jawa Barat Mayjeni Didi Kartasasmita memerintahkan pasukannya, termasuk Resimen III Sukabumi untuk membantu misi Inggris tersebut.

Tapi yang terjadi kemudian situasi kian memanas. Pasukan Inggris seringkali bergerak sendiri dan tanpa melakukan koordinasi. Alhasil banyak pecah perang di jalur Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Bandung, berupa penghadangan terhadap konvoi Sekutu yang dikawal dengan kendaraan lapis baja dan tank-tank tempur.

Letkol Eddie Sukardi, komandan Resimen III di Sukabumi pun merasa kesal degan tindakan pasukan Inggris yang dianggapnya telah melecehkan wibawa TKR. Rencana penghadangan pun dibuat. Desa Bojongkokosan kemudian dipilih menjadi titik penghadangan.

Monumen Palagan Bojongkokosan


Desa ini dipilih karena tempatnya yang sangat strategis untuk taktik perang apalagi jalannya berkelok-kelok dan menanjak, serta di sisi kanan dan kirinya ada bukit-bukit yang sangat cocok untuk penyergapan. Empat batalion kemudian dikerahkan untuk menempati posisinya masing-masing yang jika dihitung jaraknya mencapai 81 km.  Selain mengerahkan empat batalion, Eddie juga mengajak serta laskar dan penduduk untuk ikut bertempur.

Minggu pagi, 9 Desember 1945, para pejuang yang terdiri dari tentara, laskar dan penduduk bersiap siaga di posisinya masing-masing menunggu konvoi Sekutu. Untuk menghambat pergerakan konvoi, mereka memasang barikade di tikungan "Talang Luhur" dengan batang-batang pohon.

Siang harinya, konvoi pasukan Inggris telah tiba di Bojong Kokosan. Di luar perkiraan para pejuang, konvoi itu terdiri dari 150 truk dengan pengawal dari Batalion 5/9 Jats dan Tank.  Laju konvoi terhenti di Tikungan Luhur oleh adanya barikade tersebut.  Saat tank Sherman mencoba membersihkan barikade itulah penyergapan pun dimulai.

Pertempuran di Bojongkokosan

Diorama perang Bojongkokosan di Museum Perjuangan Kota Bogor


Suara rentetan senapan diiringi gema takbir dan pekik merdeka terdengar bergemuruh dari balik dinding bukit yang ada di sisi kanan dan kiri jalan. Pasukan Inggris yang tak sempat bersembunyi pun tewas seketika. Konvoi sepanjang 12 km itu dipecundangi pejuang yang menyerang dari atas bukit.
Akibat serangan yang tak terduga itu, pasukan Inggris kewalahan.

Pimpinan pasukan Jats pun sudah terluka parah terkena tembakan. Satu kendaraan terbakar hebat, sementara yang lainnya rusak berat. Sejumlah pengemudi terlihat tertelungkuk di atas kemudi, tidak diketahui apakah telah tewas atau hanya terkena luka tembak.

Pasukan Jats mati-matian melindungi konvoi, karena terus terdesak mereka pun meminta bantuan melalui radio. Bala bantuan datang dari pesawat tempur RAF (Royal Air Force) dan Batalion 3/3 Gurkha Rifles. Pada saat yang bersamaan, para pejuang telah kehabisan amunisi lalu secara bertahap mundur dari lokasi pertempuran. Di sisi lain, pasukan Inggris hanya bisa merayap untuk bisa masuk ke Sukabumi sambil terus bertahan. Konvoi baru tiba di Sukabumi pada tengah malam.

Walaupun jumlah pastinya tidak diketahui, namun dari pihak Indonesia tercatat ada 28 pejuang yang gugur dalam pertempuran tersebut. Nama-nama mereka kemudian diabadikan pada dinding di belakang Museum Palagan Bojong Kokosan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad