Surat Kabar Jaman Dahulu yang memberitakan Perjuangan Kapten Muslihat - Sejarah BOGOR

Post Top Ad

Surat Kabar Jaman Dahulu yang memberitakan Perjuangan Kapten Muslihat

Share This
Perlawanan Kapten Tubagus Muslihat (Kapten Muslihat) terhadap penjajah tidak hanya tertuang dalam diorama di Museum Perjoangan Kota Bogor, tapi juga diabadikan dalam beberapa surat kabar nasional yang terbit di masa-masa kemerdekaan. Koran-koran tersebut juga menceritakan beberapa peristiwa penting terkadi perjuangan sang Kapten dalam mempertahankan kemerdekaan.

Dari beberapa koran-koran tempo dulu yang memuat berita tentang perjuangan Kapten Muslihat di Bogor, hanya ada tiga buah klipingan koran saja yang disimpan di Museum Perjuangan Bogor dan Museum Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Ketiga koran tersebut adalah:
  1. Tjahaja terbitan 19 Agustus 1945,

  2. Merdeka terbitan 5 Oktober 1945,

  3. Gelora Rakjat terbitan 29 Desember 1945.
Tulisan-tulisan yang terdapat dalam klipingan koran tersebut antara lain memberitakan mengenai peranan Kapten Tubagus Muslihat dalam mempertahankan kemerdekaan. Salah satunya, adalah menceritakan situasi saat sang Kapten bersama dengan pasukannya mencoba merebut markas tentara Jepang yang ada di Leuwiliang, Bogor yang sempat membuat musuh kelabakan.




Berikut isi dari tiga buah klipingan koran yang memberitakan perjuangan Kapten Muslihat dengan ejaan yang masih menggunakan ejaan lama:

Koran Tjahaja yang terbit pada 19 Agoestoes 1945 menulis:

"Pelatihan perwira PETA jang dipimpin oleh Nippon membawa angin segar bagi kaoem pribumi pada awal kemerdekaan. Pelatihan terseboet melahirkan sedjoemlah tokoh penting jang memboeat perjoeangan semakin berkibar seperti, Ibrahim Adjie, Doele Abdoellah, Moeslihat dan Dasoeki Basri. Khoesoes untuk Moeslihat, ia kemoedian mendjadi salah satoe jang poenya peran besar. Pada saat berita proklamasi tersebar, ia bersama Moehammad Sirodj bertindak tjepat untuk meminta Nippon menjerahkan gedung Bogor Shuchokhan kepada para pemoeda."

Koran Merdeka yang terbit pada 5 Oktober 1945, menuliskan kiprah sang kapten saat melawan pasukan Jepang di Leuwiliang dan berhasil merebut senjata:

"Peristiwa penting kemoedian banjak terdjadi pada boelan September, Stasioen Bogor dan pos-pos kereta api di loear Bogor, diambil alih oleh pemoeda jang terdiri dari Lasykar 33 pimpinan Harun Kabir, Shudancho Leptoe Moeslihat setjara kompak menjerang markas Kidobutai di Nanggung, Leuwiliang. mereka dengan gagah merampas 11 ekor koeda, empat mobil penjedia sendjata, seboeah pistol, dan 16 blok kain merah-poetih. Kemoedian mereka menawan 253 orang tentara Nippon, jang kemoedian diserahkan kepada Kepala BKR. Di tempat lain Lasykar Rakjat dan Barisan Pelopor menjerang tentara Nippon jang masih ada di lapangan Cikoleang. Serangan ini berhasil memoekoel moendoer tentara Nippon sampai wilajah perbatasan."

Gelora Rakjat yang terbit pada 29 Desember 1945, menurunkan tulisan mengenai perjuangan Kapten Muslihat dalam pertempuran di dekat Stasiun Bogor yang berakhir dengan tertembaknya nya sang Kapten:

"Leptoe Toebagoes Moeslihat mendjadi sosok jang mengoeselkan oentoek menjerang disaat perajaan Natal. Orang Eropa dikenal memiliki tradisi meminoemm anggoer secara kebanjakan pada malam perayaan Natal. Hal ini memboeat mereka dalam kondisi yang tidak dalam kondisi terbaik esok harinya. Kemoedian penjerangan itoepoen terdjadi pada wilajah djalan Banten sekitar wilajah rel. Pada perjoengan terseboet, pedjoeang Bogor berhasil memoekoel moendoer Sekoetoe. Jang namanja perdjoengan selaloe beroedjoeng pengorbanan. Ketika rakjat Bogor beloem sepenoehnja merajakan kemenangan, sang pedjoeang malah tertembak dan beloem djelas kabarnja. Kabar terakhir, Dia diselamatkan oleh kerabatnja, Dr Marzoeki Mahdi"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad