Batu Tulis, sebuah hikayat - Sejarah BOGOR

Post Top Ad

Masih menjadi misteri, di mana lokasi persisnya Keraton-Keraton di Istana Pakuan Pajajaran. Banyak sejarawan, arkeolog, dan budayawan seolah kehilangan jejak, sirna ing bhumi sebagaimana kisah yang beredar.

Ada banyak versi mengenai raibnya istana yang pernah dihuni oleh Prabu Siliwangi. Ada yang menyebut bahwa istana pakuan telah hancur luluh-lantah dibumihanguskan bala tentara Banten pimpinan Syekh Maulana Yusuf dalam penyerangannya di tahun 1579 Masehi.

Baca lagi: Ternyata inilah lokasi dan bentuk istana pajajaran

Alasannya politis, yaitu mengakhiri masa Pakuan Pajajaran dan Sunda Wiwitan, mengingat penyerangan tersebut sangat berhubungan dengan misi meluaskan pengaruh Islam di tanah Jawa.

Kisah ini pun makin diperkuat dengan ditemukannya Palangka Sriman Sriwacana yng pernah digunakan sebagai batu penobatan Raja-Raja Pajajaran di bekas keraton Surasowan, Banten.

Menurut sejarahnya, setelah berhasil mengakhiri kejayaan Pajajaran, bala tentara dari Banten itu kemudian menyita dan membawa Palangka Sriman Sriwacana dari ibukota Pakuan (Bogor) ke Surasowan di Banten.

Batu berukuran 200cmx160cmx20cm itu berada tidak jauh dari Masjid Agung Banten. Orang-orang di sana menyebutnya Watu Gigilang yang berarti batu mengkilat yang secara harifah memiliki makna Sriman.

Versi cerita lain menyebutkan bahwa Istana Pakuan Pajajaran menghilang atau sengaja dihilangkan dari pandangan mata manusia saat terjadinya perang dengan pasukan Banten tersebut. Kisah inilah yang kemudian berkembang dari mulut ke mulut dan cukup terkenal di tataran Sunda.

Dari beberapa artikel dan buku-buku sejarah karya budayawan maupun pemerhati sejarah, lokasi Istana Pakuan Pajajaran berada di dalam kota Bogor. Dalam naskah Kuno Nusantara, kerajaan ini sering disebut dengan nama Kerajaan Sunda atau Pasundan yang beribu-kotakan di Pakuan Pajajaran.

Pakuan Pajajaran yang kelak dikenal dengan nama Buitenzorg oleh para pendatang dari Eropa yang kemudian mendudukinya selama 350 tahun.

Meski tidak dijumpai bekas-bekas maupun sisa-sisa keraton Pakuan, namun ada beberapa prasasti yang menjadi bukti bahwa di tanah Sunda ni pernah berdiri sebuah kerajaan besar pada masanya, salah satunya adalah Prasasti Sanghyang Tapak di Sukabumi yang menyebutkan bahwa Kerajaan Sunda ini didirikan pada tahun 923 oleh Sri Jayabhupati.

Pajajaran memiliki keterkaitan erat dengan kerajaan-kerajaan sebelumnya yang pernah ada di Jawa Barat seperti Tarumanagara, Kerajaan Sunda, Galuh, dan Kawali. Kerajaan Pajajaran inilah yang merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut.

Prasasti bersejarah yang menjadi bukti keberadaan istana atau keraton Kerajaan Pajajaran di Bogor adalah Prasasti Batutulis. Di daerah Batutulis juga konon menjadi lokasi penobatan raja-raja Pajajaran.

Prasasti Batutulis tahun 1770


Jika Anda memiliki kesempatan untuk mengunjungi situs Batutulis, di area seluas kurang lebih 17x15 meter itu ada terdapat sejumlah artefak yang bermacam bentuk, selain prasasti Batutulis.

Prasasti Batutulis bertuliskan,

Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata pun ya nu nyusuk na pakwan diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyanl sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi.

Terjemahannya:

Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan. Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida , membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka ‘Panca Pandawa Mengemban Bumi’

Hutan Samida adalah hutan buatan yang diperkirakan lokasinya sekarang adalah yang menjadi area Kebun Raya Bogor. Sdangkan Panca Pandawa Mengemban Bumi merupakan sangkakala yang bermakna 5541 atau kalau dibalik menjadi 1544 Saka atau tahun 1533 Masehi.

Tidak jauh dari prasasti batutulis terdapat tiga buah onggokan batu kecil. Di barisan pertama, tepat didepan batu bertulis itu ada lobang berbentuk segitiga, di bagian tengah berbentuk dua telapak kaki manusia.



Sebuah batu berbentuk panjang lonjong kokoh berdiri di samping batutulis. Batu tersebut dikenal dengan sebutan Lingga Yoni yang melambangkan kemakmuran dan kesuburan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad