Olivia Raffles yang namanya abadi di Kebun Raya Bogor - Sejarah BOGOR

Post Top Ad

Olivia Raffles yang namanya abadi di Kebun Raya Bogor

Share This
Olivia Mariamne Raffles née Devenish lahir pada tanggal 16 Februari 1771 di Madras (sekarang Chennai), India. Saat menikah dengan Sir Thomas Stamford Raffles pada 14 Maret 1805, Olivia sendiri masih berstatus janda dengan usia terpaut 10 tahun lebih tua dari Raffles. Nama keduanya kini abadi di Kebun Raya Bogor yang dahulu pernah dibuatnya.



Raffles adalah seorang negarawan Inggris yang menjabat sebagai Gubernur Liutenant Hindia-Belanda tahun 1811-1816. Dia terpikat oleh Olivia seorang wanita yang dikenalnya sangat santun, baik hati, dan cerdas.

Meski berasal dari kalangan bangsawan namun Olivia memperlakukan semua orang sama, tidak peduli apakah mereka kaya atau miskin. Setelah berdampingan dengan Raffles pun, sikap Olivia tetap tidak berubah.

Olivia dan Raffles bertemu di East India House sekitar tahun 1804, saat itu Olivia sedang mengajukan petisi pensiun untuk almarhum suaminya yang bernama Jacob Cassivelaun Fancourt, yang merupakan asisten ahli bedah di East India Company dan meninggal dunia selama Perang Mysore pada 5 April 1800 di Madras (kini Chennai), India. Keduanya kemudian saling jatuh cinta, dan melangsungkan pernikahan pada 14 Maret 1805 di Gereja St George di Bloomsbury, London.

Pada tahun 1811, Raffles diangkat menjadi Letnan Gubernur Hindia Belanda yang mengharuskannya untuk pindah ke Paleis te Buitenzorg di tanah Jawa (sekarang Istana Bogor). Selama berada di Hindia Belanda, Olivia mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan rumah barunya. Meski dikelilingi oleh rekan senegaranya sendiri, namun Olivia merasa ada yang hilang dari kehidupannya. Bahkan Olivia tidak bisa bergaul dengan orang-orang Belanda karena tidak bisa mengerti apa yang mereka bicarakan. Ia pun sempat terpana saat mengetahui bahwa perempuan yang ia temui di lingkaran tertinggi Jawa hanya bisa bicara dalam bahasa Melayu maupun bahasa daerah.

Pernah ia sangat terkejut ketika mengetahui bahwa para wanita Batavia sering menghabiskan waktu mereka dengan berpesta, merokok, dan mengunyah sirih. Hal itu dianggapnya sebagai sopan santun primitif atau melanggar kesantunan, sehingga ia pun membuang semua sirih dari Istana di Buitenzorg.


Istana Buitenzorg tahun 1834


Olivia juga mengubah aturan berpakaian / dress code dan melarang pemakaian sarung dan kebaya bagi wanita Eropa. Alhasil banyak kaum wanita di Batavia yang memprotes dengan aturan baru dari sang Nyonya Raffles tersebut. Banyak yang tidak setuju dengan larangan mengunyah sirih dan berkebaya, tapi karena Olivia adalah wanita cerdas, maka ia dengan mudahnya bisa mengatasi semuanya itu.

Untuk berhadapan dengan penduduk setempat atau pribumi, Olivia menggunakan kepribadiannya untuk mendapatkan simpati mereka. Kemanisan dan pesonanya sanggup memukai warga Jawa, sehingga banyak penduduk yang beranggapan bahwa Olivia adalah orang yang tepat di posisi yang tepat.

Olivia memang melanggar norma sebagai ibu negara Jawa dengan melakukan reformasi sosial yang tak terhitung jumlahnya. Dia menjalankan tugasnya dengan mendampingi suaminya dalam banyak kesempatan, misalnya; Ia selalu tampil saat mengunjungi para pemimpin pribumi dan mengadakan gathering, pesta, serta acara sosial untuk semua orang.

Olivia mau menerima dan bergaul dengan penduduk asli, perilaku yang sangat langka pada waktu itu karena wanita Eropa cenderung menjauhkan diri dari mereka. Sebagai imbalannya, ia mendapat banyak penghargaan dari warga Jawa. Tak heran jika banyak yang menyebut Olivia adalah alasan di balik kesuksesan karier suaminya.
Dalam kondisi kesehatan yang terus menurun, Olivia tetap menghadiri acara-acara sosial dan mengadakan pertemuan-pertemuan. Pada tanggal 26 November 1814, Olivia meninggal dunia karena penyakit Malaria di Buitenzorg pada usia 43 tahun. Dia kemudian dimakamkan di samping makam sahabat Raffles yang bernama John Casper Leyden di Kerkhof Laan (kini Museum Taman Prasasti) di Batavia atau Jakarta.


Makam Olivia Mariamne Devenish,  di Taman Prasasti, Jakarta.




Kematiannya yang mendadak membuat Raffles sangat terpukul. Dalam tekanan emosi yang memuncak itu, kesehatan Raffles terus menurun sehingga sakit parah. Namun beruntung, dia bisa selamat.

Cinta sejatai Raffles adalah Olivia, sehingga ia memutuskan untuk mendirikan sebuah patung dan monumen untuk mengenang mendiang istrinya di Lands Plantentuin te Buitenzorg atau Kebun Raya Bogor. Sayangnya keberadaan patung Olivia dihancurkan oleh otoritas lokal, sedangkan prasasti untuk Olivia Mariamne Devenish masih tegak berdiri hingga kini.

Ungkapan kesedihan Raffles tertuang dalam prasasti tersebut, yaitu:

Oh thou whom ne’er my constant heart
One moment hath forgot
Tho fate severe hath bid us part
Yet still – forget me not

yang diterjemahkan artinya adalah:

Oh engkau yang tidak pernah ada di hatiku
Satu saat telah lupa
Takdir yang parah telah meminta kita berpisah
Namun tetap - jangan lupakan aku

Hingga kini, monumen tersebut menjadi saksi kisah cinta mereka yang indah sekaligus menyedihkan.


Monumen Olivia Raffles di Kebun Raya Bogor



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad