Balap kuda di Tanah Sareal - Sejarah BOGOR

Post Top Ad

Balap kuda di Tanah Sareal - Balap kuda sudah menjadi salah satu cabang olahraga favorit di Kota Bogor tempo dulu. Bahkan komplek olahraga di Stadion Pajajaran dan lapangan luarnya itu dulunya merupakan sebuah arena balap kuda yang terkenal pada masanya.




Lapangan balap kuda di masa Hindia Belanda itu terletak di kawasan Tanah Sareal, Kota Bogor. Lokasi yang diantara Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Pemuda. Lapangan ini konon sudah ada sejak 1853 dan digunakan oleh kaum sosialita Belanda yang tergabung dalam Buitenzorgsche Wedloop Societeit yang dipimpin oleh seorang tuan tanah yang tersohor yaitu  FHC van Motman. Mereka ini memiliki hobi yang sama yaitu berkuda.


Para sosialita inilah yang kemudian meminta jatah tanah kosong di samping kantor residen Buitenzorg kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda Mr. A. J. Duymaer van Twist. Pada tahun 1873, dibangunlah gedung societeit te Buitenzor g yang kelak difungsikan untuk berbagai macam acara, atau sebut saja gedung serba guna.


Biasanya pula, setiap setahun sekali klub berkuda ini akan menggelar hajatan besar yang berupa lomba pacuan kuda yang diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Hindia Belanda saat itu (sebutan Indonesia waktu masih dijajah Belanda). Menariknya, lomba besar ini diikuti juga oleh kalangan elite Belanda yang terdiri dari pejabat pemerintah dan juragan perkebunan seperti A.W.Holle (pemilik perkebunan Parakan Salak), E.J.Kerkhoven (pemilik perkebunan Sinagar), dan Van Motman (Pemilik Landhuis Dramaga). Adapun dari kalangan pribumi diikuti oleh orang-orang terpandang mulai dari camat, wedana, jaksa, patih, maupun bupati. Selain itu, ada juga dari kalangan Tionghoa seperti Khouw Kim Tjiang (Luitenant der Chineezen te Buitenzorg).


Para penontonnya selain dari kalangan masyarakat Bogor pada umumnya, juga kalangan bangsawan, guru-guru, termasuk juga pejabat pemerintah dan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda sendiri yang menyempatkan diri untuk ikut menonton.

balap kuda tanah sareal
Kemeriahan suasana di lapangan balap kuda di Tanah Sareal tahun 1904



Seiring menurunnya minat orang-orang Belanda terhadap olah raga berkuda ini, Lapangan Pacuan Kuda Tanah Sareal kemudian lebih banyak digunakan sebagai ajang berlatih berkuda dan dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk berlatih atau sekedar berlomba kecil-kecilan.


Pada tahun 1942 atau setelah kedatangan tentara Jepang menguasai Nusantara. Lapangan balapan kuda ini dialih fungsikan menjadi tempat penyimpanan mobil-mobil rongsokan dan besi-besi tua.


Baru di era setelah kemerdekaan, yaitu sekitar tahun 1964 s/d 1967, lapangan balap kuda di Tanah Sareal ini kembali ramai dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menjajal kemampuan kuda rawatannya. Pada masa-masa tersebut, jadwal kegiatan balapan kuda di Kota Bogor sangat padat. Tidak hanya even lokal saja tapi juga nasional dengan peserta yang berasal dari berbagai daerah mulai dari Bandung, Manado, Sumbawa, Sumatera Utara, Padang, dan kota-kota lain di Indonesia. Semaraknya acara balapan kuda tersebut didukung pula oleh sang Walikota Bogor saat itu yaitu Bapak Achmad Sham yang kebetulan sangat menyukai kuda.


Menjelang tahun 1970an, minat terhadap balapan kuda pun semakin menurun. Kuda-kuda yang terlatih pun lebih banyak digunakan untuk menarik penumpang atau membawa barang. Sebagian lahan di bekas lapangan balap kuda ini kemudian digunakan sebagai bengkel untuk mobil-mobil tua.


Sang walikota Ahmad Syam kemudian merubah bekas lapangan pacuan kuda Tanah Sareal itu menjadi lapangan bola yang diberi nama Stadion Purana . Purana sendiri memiliki arti "Sejarah Jaman Dulu" atau "Sejarah Kuno", dan stadion ini dibuat karena Bogor memiliki historis yang cukup tinggi terutama karena pernah menjadi ibukota Kerajaan Pajajaran.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad