Melacak jejak kamp kedoeng badak - Sejarah BOGOR

Post Top Ad

Kekalahan Belanda melawan Jepang tak ayal menjadikan negeri kincir angin ini sebagai bulan-bulanan mereka. Selain banyak harta benda yang disita dan dibawa untuk hadiah sang Kaisar, Jepang juga menawan orang-orang Belanda termasuk pria, wanita, dan anak-anak. Mereka ditempatkan dalam beberapa kamp konsentrasi yang tersebar di beberapa derah, salah satunya di Kedung Badak, Tanah Sareal, Kota Bogor.


Kedung Badak adalah nama daerah yang terletak tidak jauh dari aliran Sungai Ciliwung dan berada dalam wilayah Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 - 1945, kawasan Kedung Badak pernah menjadi kamp konsentrasi / interniran untuk orang-orang Eropa.



Kamp konsentrasi Jepang adalah nama pemberian orang Belanda untuk menyebut kamp interniran yang dibangun untuk menahan penduduk sipil maupun tawananan militer selama pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945).

Selama tahun 1942, semua lelaki kulit putih atau orang-orang Belanda ditangkapi lalu ditempatkan dalam kamp konsentrasi Jepang. Baru pada akhir tahun 1942, Jepang mulai menahan seluruh orang-orang Eropa dan Belanda, termasuk wanita dan anak-anak. Adapun penangkapan terhadap orang-orang Indo-Eropa (keturunan Belanda / Eropa berdarah Indonesia) dilakukan sepanjang tahun 1943-1944.

Pada awalnya, kamp ini tersebar di seluruh Jawa namun untuk memudahkan pengawasan kamp-kamp tersebut hanya terkonsentrasi di beberapa kota-kota besar tertentu saja. Di Bogor, kamp konsentrasi Jepang didirikan pada tahun 1942-1943 di Kotaparis, Sempur, Paledang, Ursuliner, Kalapanunggal, Kedunghalang, dan Kedungbadak.


Peta lokasi kamp intermiran di Kota Bogor

kamp intermiran di Kota Bogor

Bagi orang-orang Belanda yang terbiasa hidup senang, berada di dalam kamp konsentrasi tentu menjadi sesuatu yang sangat menyiksa batin dan fisik mereka. Tak jarang perlakukan kasar akan mereka dapatkan jika menolak untuk kerja sama dengan tentara Jepang.

Para tawanan akan mengalami kekurangan makanan, air, dan obat-obatan, Bahkan penyakit menular yang muncul karena buruknya pelayanan kesehatan menyebabkan kematian ribuan tawanan.

Daerah kedung badak dahulunya dikelilingi lahan pesawahan dan kebun-kebun karet. Ada rumah penampungan karet tidak jauh dari aliran sungai Ciliwung. Jalan masuk ke area ini dulunya juga dipenuhi oleh pohon-pohon palem yang berjajar di sepanjang jalan.

Oktober 1942, ratusan orang tahanan pria dari klosteran ursulin dipindahkan ke daerah Kedung Badak. Untuk tempat penampungannya, militer Jepang mendirikan tiga buah barak tahanan yang dibuat dari bambu. Barak-barak tersebut hanya sanggup menampung beberapa ratus orang tawanan saja.

Tapi beberapa bulan kemudian, didatangkan lagi ratusan orang yang berasal dari kamp-kamp konsentrasi di daerah Bogor lainnya dan Sukabumi. Bisa dibayangkan betapa penuhnya barak-barak tersebut dengan para tahanan yang jumlahnya lebih dari 1.200 orang itu.

Di dalam area kamp ini didirikan juga rumah untuk penjaga, dan pengobatan. Pada bulan Februari 1944, semua tawanan lelaki dipindahkan ke kamp konsentrasi yang ada di Cimahi.



Setelah seluruh tawanan lelaki dipindahkan ke kamp yang ada di Cimahi, kamp kedung badak kini digunakan untuk menampung para wanita dan anak-anak Belanda yang didatangkan dari berbagai daerah seperti Sukabumi, Tegal, Pekalongan, dan Kotaparis.

Mereka semua ditempatkan dalam barak tahanan yang terbuat dari bambu. Sejak November 1944 s/d Maret 1945, kamp Kedung Badak berubah fungsi menjadi kamp sementara khusus wanita dan anak-anak yang dikirimkan dari Bandung ke Jakarta.

Setelah kekalahan Jepang pada Agustus 1945, para tawanan yang terdiri dari wanita dan anak-anak itu diamankan ke Kotaparis. Area ini kemudian dikosongkan, dan digunakan sebagai pos jaga oleh tentara Sekutu dan Nica (Belanda).

Setelah kembalinya kedaulatan Republik Indonesia pada 1949, kamp Kedunghalang diratakan dengan tanah untuk kemudian digunakan sebagai asrama tentara sampai saat ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad