Tidjan, sosok pahlawan muda dari Kota Bogor - Sejarah BOGOR

Post Top Ad

Tidjan berasal dari keluarga yang terpandang, ayahnya bernama Haji Syairin dan Ibunya Hj Khodijah. Ia lahir di Kampung Cimanggu Lamping, Desa Kedung Badak, Kecamatan Kedunghalang, Kabupaten Bogor yang kini berubah nama menjadi Gang Pahlawan Tidjan di Kedung Waringin, Tanah Sareal Kota Bogor.





Tidjan kecil tidak seperti anak biasa lainnya, ia lebih dikenal sebagai anak yang sangat pemberani. Bahkan ketika masih berumur 10 tahun, Tidjan kecil kerap membantu laskar pejuang pimpinan Syahroni dengan menjadi mata-mata untuk mengetahui pergerakan tentara Belanda yang masuk ke daerah Cimanggu.

Setelah berumur 12 tahun, Tidjan muda mulai berani ikut berjuang dan bergabung dalam laskar rakyat. Tak jarang pula, Tidjan muda mencari-cari kesempatan untuk mencuri senjata di pos-pos penjagaan milik serdadu Belanda. Akibat ulahnya pula, tentara Belanda kemudian melakukan pemeriksaan ke tiap-tiap rumah penduduk untuk mencari keberadaan senjata-senjata mereka.

Serdadu NICA memeriksa penduduk pribumi


Rasa benci Tidjan pada para penjajah kian menjadi setelah mengetahui bahwa kedatangan Belanda ternyata ingin kembali menjadikan Indonesia yang baru merdeka sebagai negara jajahan. Kemarahannya semakin memuncak setelah mengetahui tragedi di Rawagede, Karawang pada akhir 1947, di mana lebih dari 400 rakyat tak berdosa dibantai dengan sadis oleh Belanda.


Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda ( Nederlandsch Indie atau Dutch east-indies ), sebagian wilayah di Cimanggu saat itu dikenal dengan nama Tjikemueh. Di kawasan ini terdapat lahan pertanian yang dikelola oleh pemerintah Belanda. Tidak jauh dari tempat ini pula berdiri sekolah pertanian (Landbouw) dan sekolah penelitian penyakit ternak. Setelah kedatangan Jepang, lahan tersebut kemudian diambil alih pengelolaannya oleh pihak Jepang.


Foto udara daerah Cimanggu tahun 1937, jalan di tengah foto adalah yang sekarang menjadi Jln Tentara Pelajar


Pendudukan Jepang hanya berlangsung selama tiga tahun saja yaitu dari 1942 s/d 1945. Pasca Bung Karno memproklamasikan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia, beberapa waktu kemudian mendaratlah Sekutu dengan membonceng tentara Belanda (NICA). Sejak saat itu muncul penolakan di beberapa daerah yang ditandai dengan terjadinya beberapa pertempuran sengit antara pihak pejuang dengan Belanda yang dibantu Sekutu.

Selama tahun 1945 s/d 1949 banyak terjadi petempuran dalam tujuan mempertahankan kemerdekaan di berbagai daerah yang telah makan banyak korban di pihak pejuang maupun penjajah.

Di wilayah Bogor tercatat beberapa pertempuran terjadi di beberapa wilayah seperti Cemplang, Leuwiliang, Stasiun Bogor, Kota Paris, Air Mancur, Cimanggu, Cileungsi, dan sebagainya.

Tidjan bin Syairin bukan seorang pahlawan yang dikenal seperti T.B. Muslihat dan KH. Abdullah bin Nuh, namun perjuangannya dalam membela bangsa ini dari para penjajah layak menjadi kebanggaan warga Bogor.

Bagi keluarga yang ditinggalkan, mereka masih menyimpan kenangan akan sosok pahlawan tampan yang dikenal rajin beribadah itu. Sebelum berangkat bersama rekan-rekan seperjuangannya, Tidjan sempat membagikan pakaian miliknya kepada para sahabatnya dan berpesan agar mereka tidak meninggalkan shalat. Siapa bisa menyangka kalau pesan Tidjan tersebut ternyata adalah pesan terakhirnya.

Dalam sebuah pertempuran di daerah Gunung Putri yang terjadi pada 18 September 1948, Tidjan gugur dengan beberapa peluru bersarang di tubuhnya. Menurut rekan-rekannya, Tidjan diberondong tembakan oleh tentara NICA, sekitar 18 peluru bersarang di tubuhnya bahkan jasad Tidjan juga sempat diinjak-injak oleh mereka.




Kabar kematian Tidjan tentu sangat membuat keluarga yang ditinggalkan berada dalam kesedihan yang sangat mendalam, apalagi sebelumnya Tidjan sudah mengutarakan isi hatinya ingin segera meminang sang kekasih hatinya.

Setelah kematiannya, jasad Tidjan kemudian dibawa rekan-rekan seperjuangan yang tergabung dalam laskar rakyat ke kampung halamannya di Cimanggu dan kemudian dimakamkan di pemakaman keluarga yang berada tidak jauh dari rumahnya.

Untuk mengenang jasa perjuangannya, kampung tempat kelahirannya itu kemudian diberi nama dengan nama Gang Pahlawan Tidjan yang terletak di kelurahan Kedung Waringin, Tanah Sareal, Kota Bogor. Di sini pula setiap memperingati hari kemerdekaan 17 Agustus selalu diadakan do'a bersama untuk mengenang jasa para pahlawan khususnya Tidjan.



Setelah bertahun-tahun menunggu pengakuan, sang pahlawan muda ini baru mendapatkan gelar sebagai veteran pejuang pada tahun 2007. Pada 2016, kisah Tidjan diangkat ke layar lebar.


Makam Tidjan beralamat di:
Gang Pahlawan Tidjan RT 03/15
Kedung Waringin, Tanah Sareal
Kota Bogor


1 komentar:

  1. Terimakasih, semoga tulisan ini dpt menjadi pelajaran bagi generasi saat ini dan akan datang agar untk terus berjuang demi bangsa dan agama..

    Balas Hapus

Post Bottom Ad