Sepenggal kisah di Jalan Raya Bogor - Sejarah BOGOR

Post Top Ad

Sepenggal kisah di Jalan Raya Bogor

Share This
Sepenggal kisah di Jalan Raya Bogor - Matahari siang itu bersinar dengan sangat terik saat van Riemsdijk memacu kereta kudanya menyusuri jalan bertanah yang bergelombang menuju rumahnya di Tandjong Oost. Sesekali putaran roda keteranya mengeluarkan suara berdetak disertai kepulan debu yang sangat tebal. Di arah depan, pandangannya tertuju pada sebuah kereta kuda lain yang berhenti membentuk siluet yan bergoyang oleh fatamorgana.



Van Riemsdijk adalah salah seorang keturunan mantan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Jeremias van Riemsdik yang berkuasa di tahun 1712-1777. Ia menghentikan kereja kudanya tept di belakang kereta yang sedang berhenti di pinggir jalan tersebut.

Setelah memarkirkan keretanya di bawah pohon asem yang rindang, ia pun turun lalu menghampiri orang-orang yang ada di sekitar kereta yang sedang mogok itu.

Salah seorang di antaranya sedang duduk berjongkok sambil memeriksa roda kereta yang tampak patah di bagian asnya, sementara seorang lain hanya berdiri di sebelahnya sembari bertolak pinggang. Raut mukanya terlihat kesal, dan bibirnya tak henti-hentinya mengeluarkan sumpah-serapah.

Pria bertolak pinggang itu terlihat gagah dengan pakaian dan topi yang dikenakannya mirip seperti yang dipakai oleh Kaisar Napoleon dari Perancis. Melihat gaya penampilannya, van Riemsdijk langsung tahu kalau ia adalah Marsekal Herman Willem Daendels yang saat itu sedang dalam perjalanan menuju istana Buitenzorg.

Tanpa membuang waktu, van Riemsdijk memberi hormat lalu menyapanya dengan ramah. Tak lama kemudian, keduanya sudah tampak saling berbincang. Setelah tahu duduk-perkara yang sebenarnya, ia pun menawarkan kereta kudanya untuk dipakai Daendels ke Bogor. Dengan senang hati, Daendels menerima tawaran tersebut, sambil berkata:

"Ah, tuan sungguh sopan sekali, padahal saya berfikir kalau pun seandainya tuan tidak menawarkan kereta ini, pastilah saya akan mengambilnya begitu saja. Baiklah tidak jadi soal, bagaimana pun juga saya mengucapkan terima kasih atas kebaikan tuan."

Setelah itu, Daendels dan pembantunya pun menaiki keretanya lalu meninggalkan van Riemsdijk sendirian di jalan itu. Van Riemsdijk masih berdiri terpaku saat kereta kuda yang ditumpangi Daendels menghilang dari kejauhan.

Gilirannya sekarang yang bingung tak tahu bagaimana mencari jalan untuk pulang ke rumahnya. Akhirnya, tuan tanah berbadan tambun ini pun memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki, meski cuaca saat itu sedang terik-teriknya.

Pada zaman dahulu, bepergian dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor) akan memakan waktu sekitar 4 jam melewati jalan ini, sebagaimana diceritakan olth Gustaaf Willem van Imhoff, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah dari tahun 1743 s/d 1759. Bahkan Daendels pun pernah terlambat satu hari untuk sampai ke Buitenzorg karena kondisi jalan yang buruk, apalagi ketika musim hujan tiba di mana banyak sungai meluap hingga menyebabkan jalan tergenang air seperti rawa-rawa.

Di KM43 terletak pasar Cimanggis, sebuah tempat yang dulu dimiliki tuan tanah yang rumahnya tidak jauh dari daerah itu. Pada zaman dulunya, tempat ini menjadi pos perhentian bagi mereka yang melakukan perjalanan ke Buitenzorg maupun Cipanas.

Di tempat peristirahatan inilah, orang-orang bisa ngaso dulu sebentar sembari mengganti kuda-kuda mereka dengan kuda baru yang masih segar kondisinya. Perjalanan Jakarta - Bogor waktu itu bukanlah perjalanan yang mudah, apalagi dengan kondisi jalanan yang sangat buruk.

Demikian secuil kisah yang pernah terjadi di Jalan Raya Bogor di masa lalu. Jalan raya sepanjang 45 kilometer itu masih tetap menjadi rute favorit masyarakat yang tinggal di tiga kota, yaitu Bogor, Depok, dan Jakarta Timur.

Bukan itu saja, pinggiran jalan pun masih dipenuhi oleh pohon-pohon asem tua yang pernah menjadi saksi bisu pembangunan Jalan Raya Pos oleh Daendels, begitu juga masih banyak sisa-sisa bekas rumah tuan tanah dan pasar tradisional peninggalan zaman kolonial.


Baca : Pengalaman beli mobil bekas di Seva Pusat Mobil Murah

Pembangunan di kawasan ini cukup pesat. Roda perekonomian berputar deras, dan siap menyingkirkan mereka yang tak cukup kuat. Kepulan debu yang dulu muncul dari gesekan roda kereta kuda dan pasir bebatuan, kini berganti menjadi kepulan asap kenalpot kendaraan yang hitam dan berbau menyengat.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad